Wakalah (Memberi Kuasa)
WAKALAH (MEMBERI KUASA)
Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
Definisi Wakalah
Wakalah dengan wawu difat-hah dan terkadang dikasrah arti-nya at-tafwidh (menyerahkan) dan al-hifzhu (menjaga). Engkau mengatakan, “Wakkaltu fulaanan idzaas tahfazhtuhu (artinya aku meminta si fulan untuk menjaga).” “Wakkaltul amra ilaihi idzaa fawwadhtuhu ilaihi (artinya, aku menyerahkan urusan kepadanya).”
Adapun secara syara’ yaitu seseorang menempatkan orang lain pada kedudukan dirinya secara mutlak atau muqayyad (terikat).
Pensyari’atan Wakalah
Wakalah disyari’atkan dengan dalil dari al-Kitab dan as-Sunnah serta ijma’ umat.
Allah Ta’ala berfirman:
وَكَذَٰلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ ۚ قَالَ قَائِلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ ۖ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۚ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُم بِوَرِقِكُمْ هَٰذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنظُرْ أَيُّهَا أَزْكَىٰ طَعَامًا فَلْيَأْتِكُم بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka, ‘Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini).’ Mereka menjawab, ‘Kami berada (di sini) sehari atau setengah hari.’ Berkata (yang lain lagi), ‘Rabb kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali men-ceritakan halmu kepada seorang pun.’” [Al-Kahfi/18: 19]
Dari Abu Rafi’, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Maimunah dalam keadaan halal dan menggaulinya dalam keadaan halal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam amat kuat dalam keduanya [1] dan beliau mewakilkan seseorang untuk melunasi hutang-hutang [2] dan menegakkan hudud [3] dan yang lainnya.”
Kaum muslimin sepakat atas kebolehannya bahkan (sepakat) atas Sunnahnya, karena ia termasuk bentuk ta’awun ‘alal birri wa taqwa, karena tidak setiap orang mampu untuk mengerjakan sendiri urusan-urusannya, sehingga ia butuh mewakilkan kepada orang lain untuk melaksanakannya menggantikannya.
Hal-Hal Yang Boleh Wakalah Padanya
Segala sesuatu yang boleh bagi seseorang untuk dikerjakan sendiri, maka boleh baginya untuk mewakilkannya atau ia yang mewakili.
Seorang Wakil Adalah Penerima Amanah
Seorang wakil adalah penerima amanah pada apa yang ia pegang dan pada apa yang ia laksanakan dan ia tidak menanggung kecuali jika lalai.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
لاَ ضَمَانٌ عَلَى مُؤْتَمَنِ.
“Tidak ada jaminan atas orang yang diberi kepercayaan.” [4]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Hasan shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 2024)], Shahiih al-Bukhari (IV/ 437, no. 2258), Sunan Abi Dawud (IX/428, no. 3499), Sunan an-Nasa-i (VII/ 320), Sunan Ibni Majah (II/833, no. 2495)
[2]. Sanadnya shahih: [Irwaa-ul Ghaliil (VI/252)], diriwayatkan oleh ad-Darimi (II/38), Ahmad (VI/392-393).
[3]. Lihat hadits Abu Hurairah tentang: “Berbuat Baik dalam Melunasi Hutang.”
[4]. Seperti sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Unais pergilah kepada wanita ini, apabila ia mengaku, maka rajamlah.” Dan akan datang pembahasannya dalam bab Hudud.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/996-wakalah-memberi-kuasa.html